ABU
JA’FAR MUHAMMAD IBN MUSA AL-KHWARIZMI
Dunia Barat boleh mengklaim bahwa mereka adalah kawasan
sumber ilmu pengetahuan.Namun sejatinya, yang menjadi Gudang Ilmu Pengetahuan
adalah kawasan Timur Tengah (kawasan Arab maksudnya, bukan Jawa Timur-Jawa Tengah).Mesopotamia,
peradaban tertua dunia ada di kawasan ini juga.Masyarakat dunia sangat mengenal
Leonardo Fibonacci sebagai ahli matematika aljabar. Namun, dibalik
kedigdayaan Leonardo Fibonacci sebagai ahli matematika aljabar ternyata hasil
pemikirannya sangat dipengaruhi oleh ilmuwan Muslim bernama Muhammad bin
Musa Al Khawarizmi.
Dia adalah seorang tokoh yang dilahirkan di Khiva (Iraq)
pada tahun 780.Jika kaum terpelajar lebih mengenal para ahli matematika Eropa,
maka kaum biasa juga mengenal ilmuwan Muslim yang menjadi rujukan para ahli
matematika tersebut. Karya-karya Al-Khawarizmi di bidang matematika sebenarnya
banyak mengacu pada tulisan mengenai aljabar yang disusun oleh Diophantus dari
Yunani yang hidup pada 250 SM. Namun, Al-Khawarizmi menemukan beberapa
kesalahan dan ketidakjelasan pada buku ini, ia kemudian memperbaiki,
memperjelas, dan mengembangkannya dalam karya-karya aljabarnya. Tidaklah
mengherankan bila beliau dijuluki sebagai “Bapak Aljabar” karena dialah orang
pertama yang mengajarkan aljabar dalam bentuk elementer serta menerapkannya
dalam hal-hal yang berkaitan dengannya.
Hisab Al-Jabr Wa Al-Muqabala (Kalkulasi dengan Melengkapkan
dan Menyeimbangkan) dan Al-Jama Wa At-Tafriq bi Hisab Al-Hind (Penjumlahan dan
Pengurangan dalam Kalkulasi Hindu) adalah dua di antara karya-karya
Al-Khawarizmi dalam bidang matematika yang sangat penting. Kedua karya tersebut
banyak menguraikan tentang persamaan linier dan kuadrat, penghitungan integrasi
dan persamaan dengan delapan ratus contoh berbeda.Buku-buku Inilah yang menjadi
rujukan para ilmuwan Eropa termasuk Leonardo Fibonacce serta Jacob Florence.
Selain ahli dalam matematika al-Khawarizmi, yang kemudian
menetap di Qutrubulli (sebalah barat Bagdad), juga seorang ahli geografi,
sejarah dan juga music.Selain itu, beliau juga merupakan ilmuwan yang terkenal
dalam bidang program computer dengan istilah “algoritma” nya.Algoritma adalah
langkah-langkah logis penyelesaian masalah yang disusun secara sistematis dan
logis.Para ahli bahasa pernah kesulitan menemukan asal-usul kata “algoritma”
tersebut.Namun, akhirnya para ahli sejarah matematika menemukan asal kata
tersebut pada sosok penemu konsep itu sendiri, yaitu Al-Khawarizmi yang
dilafalkan oleh orang barat menjadi Algorism.Panggilan inilah yang kemudian
dipakai untuk menyebut konsep algoritma.konsep algoritma kini banyak digunakan
untuk pembuatan diagram alur (flowchart) dalam ilmu computer.
Muhammad bin Musa Al Khawarizmi
inilah yang menemukan angka 0 (nol) yang hingga kini dipergunakan. Apa jadinya
coba jika angka 0 (nol) tidak ditemukan? Selain itu, dia juga berjasa dalam
ilmu ukur sudut melalui fungsi sinus dan tanget, persamaan linear dan kuadrat
serta kalkulasi integrasi (kalkulus integral).Tabel ukur sudutnya (Tabel Sinus
dan Tangent) adalah yang menjadi rujukan tabel ukur sudut saat ini., angka nol
ini baru dikenal dan dipergunakan orang barat sekitar 250 tahun setelah
ditemukan oleh Al-Khawarizmi.
Al-Khawarizmi dikenal sebagai bapak Aljabar memperkenalkan
bilangan nol (0), dan penerjemah karya-karya Yunani kuno.Kisah angka nol Konsep
bilangan nol telah berkembang sejak zaman Babilonia danYunani kuno, yang pada
saat itu diartikan sebagai ketiadaan dari sesuatu.Konsep bilangan nol dan
sifat-sifatnya terus berkembang dari waktu ke waktu. Hingga pada abad ke-7,
Brahmagupta seorang matematikawan India memperkenalkan beberapa sifat bilangan
nol. Sifat-sifatnya adalah suatu bilangan bila dijumlahkan dengan nol adalah
tetap, demikian pula sebuah bilangan bila dikalikan dengan nol akan menjadi
nol. Tetapi, Brahmagupta menemui kesulitan, dan cenderung ke arah yang salah,
ketika berhadapan dengan pembagian oleh bilangan no,l “sebuah bilangan dibagi
oleh nol adalah tetap”. Tentu saja ini suatu kesalahan fatal.Tetapi, hal ini
tetap harus sangat dihargai untuk ukuran saat itu.
Ide-ide brilian dari matematikawan India selanjutnya
dipelajari oleh matematikawan Muslim dan Arab.Hal ini terjadi pada tahap-tahap
awal ketika matematikawan Al-Khawarizmi meneliti sistem perhitungan Hindu
(India) yang menggambarkan sistem nilai tempat dari bilangan yang melibatkan
bilangan 0, 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, dan 9.Al-Khawarizmi adalah yang pertama
kali memperkenalkan penggunaan bilangan nol sebagai nilai tempat dalam basis
sepuluh.Sistem inidisebut sebagai sistem bilangan decimal.
Di bidang ilmu ukur, al-Khawarizmi juga dikenal sebagai
peletak rumus ilmu ukur dan penyusun daftar logaritma serta hitungan
desimal.Namun, beberapa sarjana matematika Barat, seperti John Napier
(1550–1617) dan Simon Stevin (1548–1620), menganggap penemuan itu merupakan
hasil pemikiran mereka.Selain matematika, Al-Khawarizmi juga dikenal sebagai
astronom. Di bawah Khalifah Ma’mun, sebuah tim astronom yang dipimpinnya
berhasil menentukan ukuran dan bentuk bundaran bumi. Penelitian itu dilakukan
di Sanjar dan Palmyra.Hasilnya hanya selisih 2,877 kaki dari ukuran garis
tengah bumi yang sebenarnya.Sebuah perhitungan luar biasa yang dapat dilakukan
pada saat itu.Al-Khawarizmi juga menyusun buku tentang penghitungan waktu
berdasarkan bayang-bayang matahari.
al-Khawarizmi juga seorang ahli ilmu bumi. Karyanya Kitab
Surat Al Ard menggambarkan secara detail bagian-bagian bumi. CA Nallino,
penterjemah karya al-Khawarizmi ke dalam bahasa Latin, menegaskan bahwa tak ada
seorang Eropa pun yang dapat menghasilkan karya seperti al-Khawarizmi ini.
Hampir sepanjang hidupnya Al-Khawarizmi mengabdikan dirinya
sebagai penulis sains dan dosen di sekolah kehormatan di Baghdad.Dengan
meninggalkan karya-karya besarnya yang sangat berpengaruh dan bermanfaat,
akhirnya ilmuwan terkenal itu wafat pada 850 di Kota Baghdad.
Setelah al-Khawarizmi meninggal, keberadaan karyanya beralih
kepada komunitas Islam. Yaitu, bagaimana cara menjabarkan bilangan dalam sebuah
metode perhitungan, termasuk dalam bilangan pecahan; suatu penghitungan Aljabar
yang merupakan warisan untuk menyelesaikan persoalan perhitungan dan rumusan
yang lebih akurat dari yang pernah ada sebelumnya. Di dunia Barat, Ilmu
Matematika lebih banyak dipengaruhi oleh karya al-Khawarizmi dibanding karya
para penulis pada Abad Pertengahan.Masyarakat modern saat ini berutang budi
kepada al-Khawarizmi dalam hal penggunaan bilangan Arab. Notasi penempatan
bilangan dengan basis 10, penggunaan bilangan irasional dan diperkenalkannya
konsep Aljabar modern, membuatnya layak menjadi figur penting dalam bidang
Matematika dan revolusi perhitungan di Abad Pertengahan di daratan Eropa.
Dengan penyatuan Matematika Yunani, Hindu dan mungkin Babilonia, teks Aljabar
merupakan salah satu karya Islam di dunia Internasional.