WILUJENG SUMPING

Senin, 25 Juni 2012


ABU JA’FAR MUHAMMAD IBN MUSA AL-KHWARIZMI

Dunia Barat boleh mengklaim bahwa mereka adalah kawasan sumber ilmu pengetahuan.Namun sejatinya, yang menjadi Gudang Ilmu Pengetahuan adalah kawasan Timur Tengah (kawasan Arab maksudnya, bukan Jawa Timur-Jawa Tengah).Mesopotamia, peradaban tertua dunia ada di kawasan ini juga.Masyarakat dunia sangat mengenal Leonardo Fibonacci sebagai ahli matematika aljabar. Namun, dibalik kedigdayaan Leonardo Fibonacci sebagai ahli matematika aljabar ternyata hasil pemikirannya sangat dipengaruhi oleh ilmuwan Muslim bernama Muhammad bin Musa Al Khawarizmi.
Dia adalah seorang tokoh yang dilahirkan di Khiva (Iraq) pada tahun 780.Jika kaum terpelajar lebih mengenal para ahli matematika Eropa, maka kaum biasa juga mengenal ilmuwan Muslim yang menjadi rujukan para ahli matematika tersebut. Karya-karya Al-Khawarizmi di bidang matematika sebenarnya banyak mengacu pada tulisan mengenai aljabar yang disusun oleh Diophantus dari Yunani yang hidup pada 250 SM. Namun, Al-Khawarizmi menemukan beberapa kesalahan dan ketidakjelasan pada buku ini, ia kemudian memperbaiki, memperjelas, dan mengembangkannya dalam karya-karya aljabarnya. Tidaklah mengherankan bila beliau dijuluki sebagai “Bapak Aljabar” karena dialah orang pertama yang mengajarkan aljabar dalam bentuk elementer serta menerapkannya dalam hal-hal yang berkaitan dengannya.
Hisab Al-Jabr Wa Al-Muqabala (Kalkulasi dengan Melengkapkan dan Menyeimbangkan) dan Al-Jama Wa At-Tafriq bi Hisab Al-Hind (Penjumlahan dan Pengurangan dalam Kalkulasi Hindu) adalah dua di antara karya-karya Al-Khawarizmi dalam bidang matematika yang sangat penting. Kedua karya tersebut banyak menguraikan tentang persamaan linier dan kuadrat, penghitungan integrasi dan persamaan dengan delapan ratus contoh berbeda.Buku-buku Inilah yang menjadi rujukan para ilmuwan Eropa termasuk Leonardo Fibonacce serta Jacob Florence.
Selain ahli dalam matematika al-Khawarizmi, yang kemudian menetap di Qutrubulli (sebalah barat Bagdad), juga seorang ahli geografi, sejarah dan juga music.Selain itu, beliau juga merupakan ilmuwan yang terkenal dalam bidang program computer dengan istilah “algoritma” nya.Algoritma adalah langkah-langkah logis penyelesaian masalah yang disusun secara sistematis dan logis.Para ahli bahasa pernah kesulitan menemukan asal-usul kata “algoritma” tersebut.Namun, akhirnya para ahli sejarah matematika menemukan asal kata tersebut pada sosok penemu konsep itu sendiri, yaitu Al-Khawarizmi yang dilafalkan oleh orang barat menjadi Algorism.Panggilan inilah yang kemudian dipakai untuk menyebut konsep algoritma.konsep algoritma kini banyak digunakan untuk pembuatan diagram alur (flowchart) dalam ilmu computer.
Muhammad bin Musa Al Khawarizmi inilah yang menemukan angka 0 (nol) yang hingga kini dipergunakan. Apa jadinya coba jika angka 0 (nol) tidak ditemukan? Selain itu, dia juga berjasa dalam ilmu ukur sudut melalui fungsi sinus dan tanget, persamaan linear dan kuadrat serta kalkulasi integrasi (kalkulus integral).Tabel ukur sudutnya (Tabel Sinus dan Tangent) adalah yang menjadi rujukan tabel ukur sudut saat ini., angka nol ini baru dikenal dan dipergunakan orang barat sekitar 250 tahun setelah ditemukan oleh Al-Khawarizmi.
Al-Khawarizmi dikenal sebagai bapak Aljabar memperkenalkan bilangan nol (0), dan penerjemah karya-karya Yunani kuno.Kisah angka nol Konsep bilangan nol telah berkembang sejak zaman Babilonia danYunani kuno, yang pada saat itu diartikan sebagai ketiadaan dari sesuatu.Konsep bilangan nol dan sifat-sifatnya terus berkembang dari waktu ke waktu. Hingga pada abad ke-7, Brahmagupta seorang matematikawan India memperkenalkan beberapa sifat bilangan nol. Sifat-sifatnya adalah suatu bilangan bila dijumlahkan dengan nol adalah tetap, demikian pula sebuah bilangan bila dikalikan dengan nol akan menjadi nol. Tetapi, Brahmagupta menemui kesulitan, dan cenderung ke arah yang salah, ketika berhadapan dengan pembagian oleh bilangan no,l “sebuah bilangan dibagi oleh nol adalah tetap”. Tentu saja ini suatu kesalahan fatal.Tetapi, hal ini tetap harus sangat dihargai untuk ukuran saat itu.
Ide-ide brilian dari matematikawan India selanjutnya dipelajari oleh matematikawan Muslim dan Arab.Hal ini terjadi pada tahap-tahap awal ketika matematikawan Al-Khawarizmi meneliti sistem perhitungan Hindu (India) yang menggambarkan sistem nilai tempat dari bilangan yang melibatkan bilangan 0, 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, dan 9.Al-Khawarizmi adalah yang pertama kali memperkenalkan penggunaan bilangan nol sebagai nilai tempat dalam basis sepuluh.Sistem inidisebut sebagai sistem bilangan decimal.
Di bidang ilmu ukur, al-Khawarizmi juga dikenal sebagai peletak rumus ilmu ukur dan penyusun daftar logaritma serta hitungan desimal.Namun, beberapa sarjana matematika Barat, seperti John Napier (1550–1617) dan Simon Stevin (1548–1620), menganggap penemuan itu merupakan hasil pemikiran mereka.Selain matematika, Al-Khawarizmi juga dikenal sebagai astronom. Di bawah Khalifah Ma’mun, sebuah tim astronom yang dipimpinnya berhasil menentukan ukuran dan bentuk bundaran bumi. Penelitian itu dilakukan di Sanjar dan Palmyra.Hasilnya hanya selisih 2,877 kaki dari ukuran garis tengah bumi yang sebenarnya.Sebuah perhitungan luar biasa yang dapat dilakukan pada saat itu.Al-Khawarizmi juga menyusun buku tentang penghitungan waktu berdasarkan bayang-bayang matahari.

al-Khawarizmi juga seorang ahli ilmu bumi. Karyanya Kitab Surat Al Ard menggambarkan secara detail bagian-bagian bumi. CA Nallino, penterjemah karya al-Khawarizmi ke dalam bahasa Latin, menegaskan bahwa tak ada seorang Eropa pun yang dapat menghasilkan karya seperti al-Khawarizmi ini.
Hampir sepanjang hidupnya Al-Khawarizmi mengabdikan dirinya sebagai penulis sains dan dosen di sekolah kehormatan di Baghdad.Dengan meninggalkan karya-karya besarnya yang sangat berpengaruh dan bermanfaat, akhirnya ilmuwan terkenal itu wafat pada 850 di Kota Baghdad.
Setelah al-Khawarizmi meninggal, keberadaan karyanya beralih kepada komunitas Islam. Yaitu, bagaimana cara menjabarkan bilangan dalam sebuah metode perhitungan, termasuk dalam bilangan pecahan; suatu penghitungan Aljabar yang merupakan warisan untuk menyelesaikan persoalan perhitungan dan rumusan yang lebih akurat dari yang pernah ada sebelumnya. Di dunia Barat, Ilmu Matematika lebih banyak dipengaruhi oleh karya al-Khawarizmi dibanding karya para penulis pada Abad Pertengahan.Masyarakat modern saat ini berutang budi kepada al-Khawarizmi dalam hal penggunaan bilangan Arab. Notasi penempatan bilangan dengan basis 10, penggunaan bilangan irasional dan diperkenalkannya konsep Aljabar modern, membuatnya layak menjadi figur penting dalam bidang Matematika dan revolusi perhitungan di Abad Pertengahan di daratan Eropa. Dengan penyatuan Matematika Yunani, Hindu dan mungkin Babilonia, teks Aljabar merupakan salah satu karya Islam di dunia Internasional.